Saturday, January 31, 2009

Prioritas Pemerintah Kota Solok Bidang Pendidikan

Peningkatan Sarana, Parasarana, dan Fasilitas Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pendidikan
Sasaran yang ingin dicapai melalui prioritas program ini adalah:

  • Peningkatan akses pendidikan, dengan target capaian
  • Angka Partisipasi Kasar (APK) SD / MI sebesar 120,05 dan Angka Partisipasi Murni (APM) sebesar 98,50.
  • Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP / MTs sebesar 113,90 dan Angka Partisipasi Murni (APM) sebesar 87,15.
  • Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA / MA / SMK sebesar 148,91 dan Angka Partisipasi Murni (APM) sebesar 113,90.
  • Peningkatan Mutu Pendidikan :
  • Ruang Kelas layak pakai untuk SD 80%, SMP 90% dan SMA/SMK 96%.
  • Angka siswa mengulang sebesar 573 siswa.
  • Angka putus sekolah rata-rata sebesar 8 siswa pada semua tingkatan.
  • Rata-rata hasil Ujian Akhir Semester (UAS) SD sebesar 7,13; Ujian Akhir Nasonal (UAN) SMP sebesar 5,10; SMA sebesar 6,44.


Peningkatan Kualifikasi Guru
Sasaran yang ingin dicapai melalui prioritas program ini adalah:

  • Guru SD sebanyak 30%.
  • Guru SLTP sebanyak 90%.
  • Guru SMA/SMK sebanyak 90%.

Tuesday, January 27, 2009

UMMY Solok Melakukan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Universitas Mahaputra Muhammad Yamin segera akan memilili presiden dan wakil presiden baru. Presiden dan wakil presiden adalah istilah baru (sejak reformasi) bagi petinggi mahasiswa yang menduduki jabatan sebagai ketua di badan eksektif mahasiswa universitas.

Pergantian kepemimpinan dalam tubuh mahasiswa sesungguhnya adalah hal yang lumrah dan biasa setiap tahun. Namun yang harus dipahami adalah bahwa peran dan tanggung jawab mahasiswa tidaklah sama dari waktu ke waktu yang memang memiliki persoalan dan masalah yang berbeda.

Tentunya kita ingin bahwa kedepan kepemimpinan mahasiswa yang baru ini mampu membawa perubahan berarti bagi masa depan UMMY. Saya kira beberapa persoalan krusial UMMY saat ini yang menjadi PR Presiden baru adalah:

1. Status UMMY sebagai sebuah perguruan tinggi.
2. Peran Organisasi Mahasiswa yang belum optimal.
3. Infrastruktur

Monday, January 26, 2009

Kiat Jitu Memilih Perguruan Tinggi Favorit

BARU saja pusing akibat UAN yang standarnya tinggi, calon lulusan SMA dihadang masalah yang bikin tambah pusing. Mau ke mana setelah lulus? Yuk, kita pikirkan bareng.

Wadoh... mau nerusin kuliah apa ya

Pertanyaan ini kerap terlontar begitu seragam putih abu-abu siap ditanggalkan.

"Pasti bingunglah, mau masuk apa. Mau milih arsitek, teknik mesin, hukum, atau ekonomi, lulusannya sudah banyak," kata Andri, pelajar kelas tiga SMU Al Azhar Jakarta. Cowok yang hobi mancing ini akhirnya sudah mendaftar ke teknik industri di Universitas Pelita Harapan. Namun, tetap mengharap bisa masuk Universitas Indonesia (UI) Fakultas Teknik Jurusan Perkapalan, sebuah jurusan yang baru dibuka. Itu pun setelah "konsultasi bakat" ke seseorang di Bandung yang bisa melihat melalui tulisan tangan.

Gozi, juara Abang Mpok Bekasi 2003, mengaku punya kesulitan yang sama. Cowok yang duduk di bangku terakhir SMU 2 Tambun ini sudah mengetahui kalau ada banyak jurusan dan bidang studi khusus. "Justru karena banyak cabang dari tiap bidang itu yang bikin pusing. Takutnya salah langkah, bete deh." Dia mengaku saat ini mungkin mau memilih kuliah disain eksterior. Itu pun keyakinannya baru lima puluh persen.

Enggak salah kalau calon-calon lulusan SMA ini bingung. Sebab, yang sudah kuliah pun bisa merasa salah jurusan. Setidaknya itu yang dirasakan Aca, 19 tahun. Lulusan SMU Pembangunan Jaya, Jakarta, ini sudah mengecap bangku perguruan tinggi negeri. Ia diterima di Jurusan Sastra Jepang Universitas Indonesia, namun baru satu semester merasa enggak cocok. Akhirnya, ia memutuskan keluar dan kini sedang mendaftar ke jurusan ilmu komunikasi massa di London School, Jakarta.

"Waktu lulus SMU sudah pasti banget, yakin ambil sastra Jepang. Eh, setelah keterima, rasanya potensiku tidak tergali di sana. Waktu kelas dua SMU kan aku pernah ikut tes bakat, disarankan ambil disain interior atau komunikasi massa. Benar juga setelah merasakan kuliah satu semester, sepertinya jurusan komunikasi lebih menarik. Kayaknya, dulu waktu milih UI karena pengaruh teman."

Ada ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan saat memilih kuliah, seperti diuraikan berikut.

Dapat perguruan tinggi (PT) yang mutunya bagus memang perlu. Tapi faktor utama yang perlu dipertimbangkan sebelum itu, kita harus tahu apa jurusan yang paling cocok dengan minat dan bakat kita. Kalau enggak, kuliah bisa keteteran. Buat yang selama ini aktif di organisasi atau ekstra kurikuler (eskul), mungkin enggak susah menentukan minatnya. Atau coba minta saran dari orang sekitar, yang mungkin bisa melihat potensi kita.

"Ah, tapi gue nyesel mengikuti kata guru pembimbing. Dari SMP gue sudah minta utak-atik komputer. Malah di tempat les sempat diminta menggantikan ngajar kalau gurunya enggak masuk. Nilai pelajaran gue juga bagus semua buat bidang eksakta, terutama matematika yang berguna banget buat kuliah di jurusan komputer. Tapi waktu konsultasi, guru pembimbing SMU menyarankan gue jangan masuk kuliah komputer. Katanya komputer cukup kursus saja. Gue disarankan masuk arsitek. Memang gue diterima di negeri dan swasta terkenal untuk teknik arsitek, tapi tetap merasa salah jurusan deh," kata Valens menyesal, cowok lulusan SMU DeBritto, Yogyakarta, yang akhirnya berpaling ke dunia IT. Dia terpaksa harus belajar lagi.

Memang faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah minat kita. Hampir bisa dipastikan tidak ada mahasiswa yang berhasil dalam studinya jika bertentangan dengan minatnya. Saran orang lain boleh dipertimbangkan. Tapi, kitalah yang akan menjalani proses kuliah bertahun-tahun ke depan. Jadi, keputusan tetap di tangan kita.

Untuk yang merasa telat menggali minat selama ini, bisa datang ke lembaga psikologi terapan buat tes minat dan bakat. Arahkan pemilihan perguruan tinggi ke program studi sesuai minat dan bakat. Dari situ, cari info untuk menjajaki kira-kira dari sekian saran, mana yang kita mampu dan enjoy menjalaninya.

Oh ya, jangan cepat tergiur dengan nama besar suatu perguruan tinggi semata, seperti yang dialami Aca di atas. Gali minat dan pikirkan di mana potensi kita bisa berkembang.

Mengumpulkan informasi jurusan yang kita incar itu perlu. Modal nekat hanya akan membuat kita bengong di kampus, enggak ngerti apa-apa. Misalnya, mentang-mentang sekarang zamannya internet, kita main pilih jurusan Sistem Informatika. Sebab, kita merasa hobi bergaul sama komputer. Selama ini senang main games dan utak-atik komputer, dipikir kuliahnya akan seperti itu. Begitu masuk kuliah, dorrr...! Mata kuliah matematika "bertebaran", bikin pingsan kita yang matematika kalkulusnya pas-pasan waktu SMA. Jadi daftar mata kuliah perlu ditelaah, tuh!

Selain memelototi silabus kuliah, yang bisa dipinjam dari senior, Gozi punya cara penjajakan lain. "Gue ikut kursus disain. Rasanya gue minat ke disain, tapi cabangnya kan banyak. Gue jajal saja, ikut disain grafis, disain interior. Selesai enggak selesai, tapi gue bisa mengira-ngira kira-kira gue mampunya di mana, dan lebih senang yang mana. Bisa tanya-tanya juga sama orang yang kerjanya di disain, jadi gue dapat masukan baru." Wah, boleh dicontoh nih.

Kemampuan keuangan sangat menentukan pilihan. Kuliah di perguruan tinggi melibatkan berbagai komponen biaya. Mulai uang pendaftaran, uang gedung, uang kuliah pokok, uang SKS (satuan kredit semester), uang pratikum, uang ujian, uang jaket, uang buku, uang fasilitas kemahasiswaan. Belum lagi biaya indekos (kalau jauh dari rumah), biaya fotokopi, transpor, dan buku.

Sebelum mendaftar, tanyakan semua biaya yang harus kita bayar dan cara pembayarannya. Ada uang gedung yang boleh diangsur beberapa kali, ada yang bayarnya lebih ringan jika tes masuk kita masuk peringkat atas. Pokoknya masalah biaya ini perlu diperhitungkan semua agar kita tak terancam putus sekolah.

Yang bikin Gozi dan Indra mengerutkan kening ialah prospek pekerjaan setelah lulus. Ada jurusan yang sepi peminat karena dianggap enggak laku. Ada yang untuk masuk kuliah, saingannya (passing grade) ketat. Jangan pesimistis kalau dibilang suatu jurusan sudah kelebihan lulusan (jenuh). Itu bergantung pada kepintaran kita memprediksi dan membuat strategi. Contohnya, walau banyak sarjana hukum, melihat banyaknya kasus hukum yang berani diangkat, makin beraninya orang menuntut hak dan keadilan, terpuruknya perusahaan dan bank sampai artis yang memerlukan penyelesaian hukum, rasanya masuk akal kalau kita tetap ambil jurusan hukum, kalau memang itu minat kita.

Tentu saja kita juga perlu memperhitungkan globalisasi, yang menuntut standar tingkat dunia. Untuk memperkaya bidang, perhatikan kemampuan berbahasa asing (bukan cuma bahasa Inggris), sampai keterampilan teknologi. Pokoknya, asah prediksi untuk mengantisipasi masa depan. Diskusi sama teman-teman dan orang yang ahli membantu kita untuk optimistis mengatur rencana.

Pikirkan reputasi PT yang kita pilih. Apakah secara umum dikenal sebagai PT yang baik? Fasilitasnya lengkap enggak? Kalau perlu cari tempat kuliah yang lulusannya jadi rebutan perusahaan pemakai, atau banyak yang berhasil mandiri. Banyak pengusaha yang senang merekrut lulusan almamaternya.

Untuk soal fasilitas, enggak ada salahnya kita mencoba menanyakan kapan mahasiswa berkesempatan menikmati fasilitas canggih yang disediakan. Jangan-jangan cuma beberapa kali saja, atau hanya untuk mahasiswa tingkat akhir saja.

"Waktu zaman gue kuliah, fasilitas lab jurusan broadcasting payah. Kameranya kuno banget. Tapi yang sekarang sudah canggih sih," kata Dennis, sutradara film Kwaliteit 2.

Buat yang enggak diterima di negeri, status akreditasi merupakan faktor penting dalam menilai perguruan tinggi swasta (PTS) . Sebab, ini menunjukkan mutu PTS dalam menyelenggarakan program studi. Jangan terjebak sama status disamakan dari suatu PTS. Enggak ada istilah PTS disamakan. Yang benar, status akreditasi diberikan pada program studi. Misalnya, suatu PTS punya lima program studi, masing-masing jenjang S-1 dan D-3. Perhatikan mana program studi yang dapat status disamakan, dan untuk jenjang yang mana? Kalau cuma dua dari program studi yang disamakan, bukan berarti PTS tersebut statusnya disamakan.

Apa pentingnya status akreditasi? Status ini menentukan kemandirian suatu program studi dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, seperti menyelenggarakan ujian negara dan menerbitkan ijazah. Kalau sudah disamakan, mahasiswanya enggak usah lagi ikut ujian negara yang dilaksanakan Kopertis, dan ijazahnya cukup disahkan oleh PTS tempat kita kuliah.

Lalu, karena kualitas keilmuan kita ditentukan juga oleh dosen, perhatikan rasio dosen yang dimiliki. Undang-undang perguruan tinggi mensyaratkan tingkat perbandingan antara dosen tetap dan mahasiswa 1:30 untuk bidang studi IPS, dan 1:25 untuk bidang studi IPA. Sebelum mendaftar, cobalah untuk mencari tahu jumlah dosen tetap di PTS tersebut. Berapa orang yang bergelar S-2, S-3, dan mungkin ada yang sudah bergelar profesor.

Terakhir, pendidikan di Indonesia mengenal dua jalur pendidikan. Yaitu jalur akademik (jenjang sarjana) dan jalur profesional (jenjang diploma). Jalur akademik menekankan penguasaan ilmu pengetahuan, yang profesional menekankan keahlian di bidang tertentu. Lulusan diploma dipersiapkan untuk langsung masuk dunia kerja. Jalur akademik masa kuliahnya sekitar delapan semester, sedangkan D-3 enam semester.

Balik pada soal kebingungan Indra, lulusan di suatu bidang mungkin sudah jenuh. Tapi bukan berarti kita enggak bisa berhasil. Langkah awal dimulai dengan memilih kuliah yang tepat. Dengan begitu, separuh keberhasilan sudah di tangan. Ayo, semangat ya!

Wednesday, January 21, 2009

Strategi Belajar Menjelang SPMB 2009

Cukup banyak metode belajar secara efektif dan efisien yang sudah dikenal. Misalnya, cara membaca sistem SQ3R, yaitu Survey (penelitian pendahuluan), Question (membuat pertanyaan), Read (membaca), Recite (mengulang), dan Review (mempelajari kembali secara menyeluruh). Langkah-langkah praktis belajar:

1. Buat program belajar untuk kurun waktu sekarang sampai ujian meliputi mata pelajaran yang akan diujikan pada testing. Belajarlah setiap hari dan bagi-bagi waktu yang ada untuk memantapkan teori dasar, menghafal rumus-rumus dan mengerjakan soal-soal untuk setiap mata pelajaran. Lamanya waktu belajar tidak harus sama, tergantung pada penguasaan yang telah dimiliki untuk masing-masing materi mata pelajaran. Kemudian buat ringkasan rumus-rumusnya.

Materi yang diujikan pada SPMB mayoritas berasal dari materi pelajaran di kelas XI. Kondisi ini mengharuskan para siswa sudah mulai menyiasati SPMB sejak dini, yaitu sejak awal kelas 3 SMA karena persiapan selama beberapa bulan menjelang SPMB saja terasa kurang.

2. Kerjakan soal-soal SPMB sebelumnya. Kerjakan dengan batas waktu tanpa melihat catatan, seolah-olah dalam keadaaan tes yangs sesungguhnya. Setelah selesai, periksa jawaban dengan kunci yang ada untuk mengkaji berapa persen jawaban yang benar. Jawaban yang salah atau kosong harus dikerjakan kembali, akan tetapi kalau masih terbentur jangan malu bertanya kepada siapapun.

3. Analisis soal-soal SPMB selama lima tahun terakhir, kemudian kelompokkan soal-soalnya untuk mendapatkan data statistik materi dan tipe soal yang paling sering muncul untuk setiap bidang studi. Atas dasar ini siswa bisa lebih mempertajam persiapan belajar terhadap topik-topik yang lebih besar kecenderungan keluarnya pada SPMB. Dengan kata lain, cara belajar akan efektif atau tepat sasaran.

Mahasiswa ITB Wakili Indonesia dalam The 17th International Youth Leadership Conference

Dua mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, Annisa Lifta Kurnia Dewi dan Riescha Puri Gayatri menjadi delegasi Indonesia pada The 17th International Youth Leadership Conference (IYLC) di Praha, Republik Cheko. Kegiatan yang diadakan oleh Civic Concept International dihadiri oleh 80 partisipan yang berasal 30 negara. The 17th IYLC, berlangsung 4 hingga 6 Januari 2009, mengangkat tema hukum dan politik.

Selama konferensi partisipan dibagi kedalam beberapa kelompok. setiap kelompok terdiri atas 10-12 peserta yang berasal dari negara yang berbeda. Konferensi yang merupakan simulasi sidang PBB ini antara lain mengagendakan diskusi kelompok mengenai perencanaan dan pengembangan strategi Dewan Keamanan PBB mengenai konflik gerakan separatis Ossetia Selatan dengan Georgia, kunjungan ke kedutaan besar, kunjungan ke gedung parlemen Republik Cheko, diskusi kelompok mengenai fungsi, posisi, dan strategi pengadilan kriminal internasional, diskusi panel dengan topik "Pemimpin yang Bertanggung Jawab", dan "Wanita dan Kepemimpinan", acara resepsi dengan sponsor, partner, pembicara, dan diplomat, serta simulasi pengadilan kriminal internasional mengenai kasus kejatuhan Presiden Sudan, Omar Al-Bashir.

Melalui The 17th International Youth Leadership Conference, para peserta menyadari pentingnya melihat suatu masalah dari berbagai perspektif, membudayakan etos kerja internasional yang sangat disiplin agar mampu menghadapi tantangan global, memiliki kepekaan terhadap isu global saat ini, dan perluasan jejaring pada masyarakat internasional.

Indonesia merupakan satu-satunya negara yang mengirim delegasi berasal dari latar belakang pendidikan teknik, bukan hukum dan politik. Setelah mengikuti The 17th IYLC, kedua delegasi menyadari akan kelebihan pola pikir integratif yang diajarkan oleh program studi Teknik Industri. Kesadaran ini timbul setelah melihat sebagian besar partisipan yang cenderung memandang masalah secara parsial tergantung apa yang menjadi fokus perhatiannya. Keikutsertaan mahasiswa ITB ini Disponsori oleh Pertamina dan Kodeco.

MENDESAIN PENDIDIKAN BERORIENTASI KE MASA DEPAN

Pendidikan tidak selalu identik dengan sekolah atau madrasah (schooling). Pendidikan adalah proses mentransfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua kepada generasi muda untuk hidup sejahtera pada zamannya. Karena itu, kita harus sanggup mendasain pendidikan untuk masa depan, demikian apa yang disampaikan oleh Prof. A. Qodri Aziziy, Ph.D-- Dirjen Bagais Depag RI di Jakarta baru-baru ini. Dengan demikian, maka format pendidikan haruslah fokus, memiliki arah, tujuan (purpose), target dan imajinasi kehidupan yang diidealkan di masa depan. Pendidikan harus sanggup menghasilkan produk anak terdidik, karena pendidikan mempunyai andil besar dalam mempertanggungjawabkan kondisi moralitas bangsa dan kualitas SDM. Tepatlah kirannya kalau pendidikan dapat disebut sebagai human capital.

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia yang kemudian “diobati” dengan reformasi, ternyata diikuti pula oleh beberapa anomali yang bersifat kontraproduktif, yakni krisis etika dan moralitas yang semakin akut. Perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi penyakit sosial bangsa ini. Dekadensi moral yang luar biasa merupakan penyebab utama keterpurukan bangsa yang dulu dikenal sebagai bangsa yang santun dan taat beragama. Aneh memang, bangsa dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan melandaskan falsafah negaranya pada Ketuhanan Yang Maha Esa, ternyata menjadi negara yang paling korup di Asia dan di dunia. Angka Human Development Index (HDI) kita juga tertinggal jauh dengan negara yang dulunya belajar dengan kita.

Prestasi yang semakin menurun dan citra yang buruk merupakan ironi bagi kita. Para pakar berpendapat bahwa krisis moneter yang menggelinding menjadi krisis multidimensional salah satu penyebabnya adalah masih dimarginalkannya pendidikan sebagai faktor perubah nasib bangsa. Perubahan bangsa baik yang mengarah kepada kemajuan (progresif) maupun yang mengarah kepada kemunduran (regresif) merupakan masalah yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan penyelengaraan pendidikan, baik formal, maupun informal. Pendidikan sebagai human capital akan menjadi suatu aset dan berperan sebagai agen perubahan sosial yang akan mampu membawa dan mengarahkan seseorang (penduduk Indonesia) pada umumnya untuk meraih masa depan yang gemilang berkeadilan dan sejahtera.

Kenyataan menunjukan bahwa perkembangan bangsa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengarah kepada perubahan yang bersifat regresif (mundur), terutama dalam bidang etika dan moral (akhlak). Berbagai bentuk KKN terjadi pada semua lini kehidupan, sampai pada akhirnya KKN dianggap sebagai sesuatu yang “lumrah”, biasa saja. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan tingginya tingkat kriminalitas, permisifnya masyarakat terhadap sexs dan pornografi. Murid sekolah dasar-pun bisa “leluasa” untuk mengakses, VCD porno, gambar-gambar merangsang di dalam koran, majalah, bahkan televisi. Inikah hasil reformasi yang diinginkan? Tentu saja tidak. Mengapa bangsa ini bisa jatuh dalam kubangan seperti ini? Adalah kenyataan dewasa ini bangsa kita menjadi ikon terhadap hal-hal yang buruk. Tingginya angka korupsi, terorisme, rendahnya mutu pendidikan, tingginya angka pengangguran dan kemiskinan dan hal-hal negatif lainnya yang dilekatkan dengan negara kita. Tentu saja kita mau berubah, dan dalam situasi seperti ini komitmen ingin berubah secara kolektif merupakan sebuah keniscayaaan.

Situasi dan kondisi moral dan etika bangsa yang terpuruk secara kolektif tersebut diatas menjadi sebuah tanda tanya besar bagi bangsa ini. Bukankah pendidikan agama telah menjadi materi wajib yang harus diajarkan sejak dari SD hingga Perguruan Tinggi. Memang tidaklah fair, kalau kesalahan tersebut hanya ditumpukan pada dunia pendidikan semata. Karena ada faktor-faktor lain, sebagai akibat dari tekanan sosial-ekonomi yang sedemikian keras juga ikut mempengaruhi, memberi andil dalam membuat terjadinya regresi dan dekadensi etika dan akhlak.

Dalam konteks ini diperlukan re-orientasi pendidikan yang mampu memperbaiki problem pendidikan yang sedang dihadapi. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan mengintegrasikan konsep pesantren dalam Perguruan Tinggi. Mahasiswa di asramakan, dengan dipantau oleh seorang guru atau Kyai. Dengan munculnya beberapa Universitas Islam Negeri (UIN), gagasan ini mungkin bisa diharapkan dan disinergikan .Karena dengan UIN, maka akan dapat membuka fakultas umum dan secara bersamaan akan mendapatkan “siraman” pendidikan agama secara lebih sempurna. Pemahaman ke-Islaman pada gilirannya juga tidak menjadi sempit. Karena disenyalir bahwa terjadinya Islam radikal justru lebih banyak tumbuh subur di PTU yang memiliki wawasan keagamaan yang sempit, tekstual dan cenderung ke arah Islam simbolik. Pembacaan ulang (re-reading) terhadap metode pengajaran pendidikan agama Islam di PTU juga perlu dilihat kembali. Karena dari sanalah salah satunya yang melahirkan para pejabat yang mengelola negara ini. Dengan paradigma sistem pengajaran baru PAI di PTU dan desain baru Perguruan Tinggi Agama Islam, kita harapkan ada perubahan yang signifikan, terutama cara pandang memandang pendidikan yang tidak sebelah mata, akan tetapi pendidikan di prioritasikan sebagai human investment yang akan berguna di kemudian hari. Semoga saja demikian adanya.

Menuju Kampus Digital

Pemanfaatan teknologi informasi di perguruan tinggi mendorong implementasi e-learning. Seperti apa perkembangan e-learning di Indonesia?

Sebagian besar kampus mulai berbenah menuju kampus digital. Mereka berharap, proses pembelajaran menjadi semakin efektif dan efisien dengan mengimplementasikan elearning berbasis teknologi informasi (TI).

Dengan e-learning, mahasiswa dapat mengakses bahan kuliah dan informasi lain melalui situs resmi kampus, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Namun, implementasi e-learning menuntut persiapan lebih besar dari dosen maupun mahasiswa.

"Bagaimana tidak? Dosen harus stand by dengan internet untuk berdiskusi dengan mahasiswa atau menjawab pertanyaan mereka di mana pun," ujar Chief Information Officer Universitas Bina Nusantara (Binus) Harjanto Prabowo.

Binus sendiri menamakan dirinya sebagai kampus berbasis TI. Memang, sejak tahun 2000, perguruan tinggi swasta (PTS) ini sudah mengembangkan e-learning dengan perpaduan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis TI, yang disebut Multi Channel Learning(MCL). MCL memiliki komponen Classroom Channel, ELearning, dan Self Study.

Harjanto menjelaskan, dalam satu semester setidaknya 70% dilakukan tatap muka, selebihnya murni e-learning atau lazim disebut Off Class. Semua hal yang berkaitan dengan silabus perkuliahan dapat diunduh melalui situs resmi Binus, termasuk soal kuis dan tugas-tugas.

Classroom Channel sendiri adalah kuliah tatap muka di kelas, namun dosen tidak lagi menerangkan dengan buku. Melainkan melalui bahan kuliah yang tercantum dalam situs. Sehingga pada saat tatap muka, dosen akan membawa notebook yang kemudian ditampilkan di layar besar di depan kelas. Tentu cara belajar digital ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.

Tampilan yang dihasilkan pun lebih nyata dan semakin memudahkan mahasiswa memahami isi materi. Bahkan, baru-baru ini Binus mengembangkan program Online Learning, di mana jumlah Off Class lebih banyak ketimbang jumlah tatap muka.

Mulai pendaftaran hingga hasil ujian, semua dapat diakses lewat internet. PTS yang lain tidak ingin tertinggal. Di Universitas Indonusa Esa Unggul (UIEU) pemanfaatan TI sudah berlangsung sejak tiga tahun silam. Di samping portal online, universitas ini melengkapi fasilitas yang ada di setiap ruang kelas dengan komputer dan proyektor digital.

"Jadi dosen tinggal meng-upload materi perkuliahan untuk satu semester dan mahasiswa bisa mengunduhnya," kata Direktur Techno Tren Campus UIEU Budi Cahyono.

Situs resmi UIEU dilengkapi dengan kalender akademik dan dibagi berdasarkan fakultas dan jurusan, yang kemudian dipecah lagi menjadi mata kuliah dan berdasarkan pertemuan tatap muka.

Dengan adanya sistem ini, tambah Budi, mahasiswa dapat mengumpulkan tugas selama 24 jam dan dapat bergabung dalam forum yang memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi dengan teman sekelas di mana pun mereka berada.

Terobosan lebih besar terjadi di tempat lain. Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM) merancang sebuah produk e-learning yang dinamakan National Education Exchange Technology (NEXT). Sistem ini merupakan kuliah jarak jauh yang bisa diambil mahasiswa dari perguruan tinggi lain.

Semisal mahasiswa STMIK Nusa Mandiri ingin mengambil mata kuliah tertentu di kampus Universitas Indonesia (UI), mahasiswa tersebut dapat mengikuti program NEXT ini hanya dengan cara mendaftar ke UI lewat STMIK Nusa Mandiri. Nilai yang akan didapatkan berasal dari dosen UI dan setelah lulus mahasiswa akan mendapat ijazah tambahan dari UI yang menerangkan mahasiswa bersangkutan telah mengambil mata kuliah pilihan di UI.

Direktur Pasca STMIK Nusa Mandiri M Wahyudi MM MKom memaparkan, program NEXT ini dapat diikuti dengan dua cara. Sinkronus dan Asinkronus. Cara Sinkronus bersifat real time dan mahasiswa mendapatkan pendampingan dosen.

Dalam cara Asinkronus, mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri tanpa kehadiran dosen secara langsung melalui materi yang sudah direkam. Sejauh ini, baru perguruan tinggi yang bergabung dengan APTIKOM saja yang dapat mengikuti program NEXT

Learn English Easy and Fun With Video

Lintas Berita - Dimana berita berita terbaik melintas

Liputan6 : RSS2 Feed

detiknews - detiknews

Article of the Day